Sunday, August 31, 2014

Kasus Seorang Sherlockian









Judul: Kasus Seorang Sherlockian
Genre:Mystery
Author:Aliffiandika

      Anis Duduk sendirian di kelas 11-A2 dengan wajah muram dan lesu, ekspresi takut dan khawatir memancar dari wajahnya. Jam kelas menunjukan pukul 6 kurang 10 menit.kelas masih sepi,tak ada seorangpun yang datang sampai dua orang temanya memasuki pintu kelas.
      “Eh nis..tumben kamu sudah datang pagi-pagi begini?”tanya Fian yang datang bersama Reza.
     “iya, lho kok wajahmu suram begitu? Seperti habis dikejar Hantu”ujar Reza. Anis tetap tertunduk lesu.
     “lebih parah dari itu, aku kehilangan Novelku, Novel Sherlock Holmes!!”jawab Anis.dia adalah pecinta Novel fiksi Detekif berjudul Sherlock holmes karya Sir Arthur Conan Doyle.
     “Hilang? Kok bisa?”Reza menyentak.
     “iya, sepertinya telah di curi orang, ini semua salahku”
     “Nis..coba jelaskan yang lengkap kepada kami, agar kami tidak menjadi bingung.” Sahut Fian menaikan alisnya, tandanya ia tertarik dengan masalah ini. Fian adalah anak penggila misteri dan selalu bernafsu untuk memecahkan misteri yang ditemuinya.
     “kemarin, aku dan Robi pulang jam setengah lima Sore, sekolah sudah sepi, dan kami yakin menjadi siswa yang pulang paling terakhir kemarin, aku disini bersama Robi membaca Novelku, lalu kuletakkan Novelku di meja guru di depan situ karena aku membantu Robi menyelesaikan tugas. Kemudian aku pulang dan mengantarkan Robi pulang, setelah di rumah barulah aku tersadar bahwa novelku tertinggal di Meja Guru. akhirnya aku memutuskan untuk datang pagi-pagi untuk memastikan Novelku masih ada di Meja guru, tapi hasilnya diluar harapan.” Dengan sedih Anis menceritakan.
     “apa kau yakin Novelmu hilang di kelas ini? Lalu apa ada orang yang kau curigai? OB mungkin?”tanya Fian menyelidik.
     “Tidak, kemarin OB membersihkan kelas ini,Robi dan aku di dalam kelas saat dia membersihkanya, setelah OB itu pergi, aku juga masih melihat Novelku di atas meja.”
     “Jadi, kemungkinan Novelmu hilang pagi tadi sebelum kau datang?”
     “iya, sudah pasti itu, karena sewaktu aku dan Robi keluar kelas, Pak Satpam langsung mengunci pintu kelas dan kami melihatnya sendiri. Tadi pagi aku juga sudah tanya ke pak satpam, tapi dia sama sekali tidak mengambil Novel itu, lagi pula untuk apa”
     Fian bungkam melihat empat macam jejak sepatu berwarna coklat lumpur dari lantai. “tunggu sebentar, Anis, kau yakin kemarin OB sudah membersihkan kelas ini? Lalu kau yakin kemarin tak ada Hujan?”ujar Fian.
     “tidak, tapi jam tiga pagi tadi sempat hujan, makanya tanah menjadi becek dan membuat sepatuku kotor. Dan itu dia yang membuatku bingung. Ada jejak kaki sebelum aku datang.” Jawab Anis.
     Fian meneliti jejak kaki yang ada di kelas. Jejak sepatu Anis, Reza, dan jejak kakinya sendiri sudah ia identifikasi, tapi jejak kaki orang ke-empat jelas milik pelaku yang mencuri Novel Anis, Jejaknya bermotif dan berjangka cukup lebar.
     “tapi kita sudah tak bisa melacak jejak kaki ini kearah mana, soalnya lihat..”ujar Reza menunjukan Siswa yang sudah mulai berdatangan dan lalu lalang di depan kelas, membuat jejak kaki sepatu bercampur lumpur yang campur aduk satu sama lain. “oh hei..! lihat, tambut siapa ini?!”Reza mengambil sehelai rambut pendek bergelombang yang ada di atas Meja.
     “ini bukan rambutmu kan Nis..?”tanya Reza.
     “bukan, rambutku tak sepanjang itu, dan rambutku tidak bergelombang.”jawab Anis mendekat ke meja guru, demikian juga Fian.dari ketiga anak itu tak ada satupun yang rambutnya memiliki panjang dan warna yang sama, tapi jelas rambut sependek itu kemungkinan milik laki laki, karena juga berbau jel rambut laki-laki.
      “menurutmu, helai rambut ini kemarin ada atau tidak? Kemungkinan bisa juga ini milik anak dikelas kita bukan? Atau juga milik Guru? Atau bahkan milik OB.”tukas Fian.
     Anis dan Reza diam berfikir sejenak, “kurasa tak ada, guru yang mengajar kemarin semua perempuan dan semua berjilbab, siswa laki laki di kelas kita juga tak ada yang rambutnya sepanjang ini.” Ujar Reza.
    “OB yang kemarin kulihat malah Botak.” Sahut Anis.
    “jelas sekali, helai rambut ini, dan jejak kaki ini adalah milik pelaku.” Kata Fian sambil mengepalkan tanganya di dagunya, tanda dia sedang berfikir keras.
    “di sekolah ini ada ratusan siswa laki-laki, dan tak mungkin kita mengintrogasi mereka satu persatu, dan sangat tidak mungkin kita mengecek satu persatu motif alas sepatu mereka” tukas Reza mengernyitkan alisnya.
     “tidak, tidak usah sedemikian rumitnya. Aku mulai menemukan benang merahnya” ujar Fian menaikan alisnya, rupa-rupanya dia telah menghasilkan sesuatu dari berfikirnya.
     “apa itu pak Detektif?”ujar Reza dengan nada mengejek.
     “sudah, ikuti aku, di sebelah kiri kelas kita hanya ada kelas 11-A3 dan 11-A4, lalu tembok buntu kan?”
     “iya..” Reza dan Anis mengikuti Fian dengan rasa penasaran besar. Novel hilang di pagi hari, sehelai rambut panjang bergelombang milik laki-laki, dan jejak kaki pelaku, itu semua tak membantu apapun dalam menemukan kesimpulan siapa pelaku bagi Anis dan Reza, tapi tidak bagi Fian.
    Fian mendatangi Kusuma, ketua kelas 11-A4, “halo kusuma, boleh kutanya. Apakah kau tahu siapa saja anggota kelasmu yang piket hari ini?”tanya Fian pada Kusuma.
    “oh..tentu aku tahu, mereka Nita, Devi, Lia, Elsi, dan Nina. Kenapa kau bertanya hal seperti itu?” kata Kusuma menyebutkan nama-nama anggota piket hari itu, dan semuanya adalah nama perempuan.
     “ah tidak ada apa-apa, maaf mengganggumu, kami buru-buru, daah..”ujar Fian meninggalkan depan kelas 11-A4 diikuti Anis dan Reza yang penuh keheranan.
     Kini Fian mendatangi Rendra, ketua kelas 11-A3. Kebetulan Fian sangat akrab dengan ketua kelas 11-A3 dan 11-A4 karena mereka dulu satu kelas di kelas 10. “Hai Rendra...maaf, ada yang ingin kutanyakan.”ujar Fian terus terang.
     “oh..boleh silakan saja”jawab Siswa berambut kriting pendek tersebut.
     “apa kau tahu siapa saja anggota kelasmu yang piket hari ini?”
     “tentu aku ingat.”
     “bisa kau sebutkan?”
     “ya.. mereka Anisa, Nurul, Angga, Aldi, dan Raka.”
     “lalu, dari ketiga laki-laki tadi, siapa yang tinggi badanya lebih tinggi dari Reza temanku ini?”Fian menunjuk Reza di sebelahnya, Reza memiliki tinggi 167 cm, lebih tinggi dari Anis maupun Fian sendiri.
     “ketiganya kurasa.”
     “bisa kau tunjukan dari sini, siapa sajakah mereka?”
     Rendra menunjuk ketiga pemilik nama tersebut satu persatu, memang benar, rata rata tinggi mereka 173 keatas, terutama si Raka 178.namun Reza sangat bingung mendengar pertanyaan Fian tentang tinggi badan.
      “hei Fian, terus terang aku sangat bingung dengan maksud semua ini, dan jika kau bermaksud menyelidiki siapa pelaku, ketiga siswa disana tak memiliki rambut keriting atau bergelombang, teru tama si Aldi malah berkepala plontos.”ujar Reza sedikit jengkel karena rasa penasaranya yang tak terbendung.
     “tunggu, bersabarlah, aku juga sedikit bingung disini.” Jawab Fian.
     “apa..?!”
     “tunggu Rendra.. dari ketiga siswa itu, siapa yang rumahnya paling jauh? Dan mengendarai apa mereka kesini..?”
     “kurasa ketiganya rumahnya cukup jauh, rumah mereka semua berjarak lebih dari 20 Km dari sekolah. Si Raka datang diantar mobil ayahnya, Angga naik sepedah motor, Aldi datang naik angkutan umum.”
     “Aha..!!”Fian mengejutkan ketiga temanya, “baiklah terimakasih informasinya” ujar Fian meninggalkan Rendra yang penuh keheranan di wajahnya. Bel masuk tepat berbunyi.
    “hei Fian..awas saja kau tidak menghasilkan apapun atas semua hal membingungkan yang kau lakukan., kuhajar kau” ujar Reza ke sahabatnya, Fian.
     “hahaha, tenang saja, aku pastikan Novel itu sudah kembali ke tangan Anis nanti sepulang sekolah.” Fian dan Reza memasuki kelas.
    Pelajaran telah dimulai. Wajah Anis menunjukan kegelisahan dan ketidak-tenanganya. Sementara Reza tak bisa tenang karena rasa penasaran memenuhi jidatnya, rasa penasaranya semakin menjadi-jadi saat melihat Fian senyum-senyum sendiri.
     “Fian...apa kau mengetahui sesuatu?! Katakan..! apa kau mengetahui siapa pelakunya..?!”
     “Ssst..tenanglah, aku sudah mengetahui siapa pelakunya.”
     “Apa..?!..Siapa..?”
     “kau akan mengetahuinya saat kita menangkapnya nanti. Pelakunya adalah siswa kelas 11-A3, tubunya tinggi, rumahnya jauh, dan dia mendapat tugas piket hari ini.”
     “apa..? siapa?!dari mana kau tahu semua itu?!”Reza mendesak.
     “REZA..!!DIAM..!!!”bentak guru Matematika yang sedang mengajar di kelas, semua mata tertuju kepada Reza, wajah Reza berubah merah padam.
     Saat bel pulang berbunyi, Fian segera mengumpulkan teman temanya, Anis, Reza, Sam, dan Robi. “teman- teman mari bantu anis menangkap pencuri Novel kesayanganya...!” ujar Fian.
    Semua temanya mengikuti Fian dengan rasa penasaran, hingga mereka sampai di depan kamar mandi pria yang letaknya tak jauh dari kelas 11-A2. “kepung dia..!”kata Fian, menunjuk ke arah seorang siswa laki laki kelas 11-A3 dengan tinggi 174 cm.
     “Angga..!!?”sentak Reza keheranan. “tapi kan dia rambutnya tidak keriting atau bergelombang?”
    “astaga..kau masih berfikir rmabut pelaku bergelombang?, sehelai rambut yang bergelombang itu milik pelaku, rambut pelaku tidak bergelombang ataupun keriting, tapi rambutnya waktu itu tertekan Helm cukup lama di kepalanya saat dia menaiki motor ke sekolah, makanya saat melepas helm, rmabut yang tadinya lurus, karena tertekan helm menjadi sedikit membengok atau bergelombang. Dan tiada lain selain Angga..!” Fian mulai mengungkap deduksinya.
     “Hei sialan..! jangan asal menuduh kau..!”ujar Angga jengkel.
     “iya Fian, hal itu memang masuk akal, tapi itu tak cukup membuktikan bahwa dialah pencurinya..”ujar Anis menyahut.
      “biar kujelaskan satu persatu fakta yang berhubungan dengan deduksiku. Pertama, novel hilang pagi hari sebelum Anis datang,artinya pelaku datang pagi-pagi, dan kemungkinan besar siswa yang datang di pagi hari yang dingin ini adalah untuk piket.”
     “kedua, Ada jejak kaki berlumpur di lantai, kemarin tidak hujan, tapi hujan baru turun tadi pagi, itu memperkuat dugaan bahwa dia datang di pagi hari. Dan jarak tiap jejak cukup lebar, artinya langkah pelaku cukup lebar, itu menunjukan tubuhnya yang jangkung..”
     “ketiga, helai rambut yang cukup panjang untuk laki laki, tapi cukup pendek untuk perempuan. Berbau jel rambut laki-laki, jadi helai rambut itu adalah milik laki-laki berambut panjang. Awalnya aku mengira rambutnya bergelombang, tapi aku salah, rambutnya yang bengkok diakibatkan tekanan helm yang lama. Artinya dia berkendara naik motor mengenakan helm, dan karena rumahnya cukup jauh, dia juga cukup lama mengenakan helm tersebut sehingga timbulah lekukan di rambut.” Fian mengutarakan Deduksinya panjang lebar di hadapan ketiga temanya dan seorang tersangka.
     “jadi, untuk itu semua kau bertanya kepada Kusuma dan Rendra tentang jadwal piket, nama, jenis kelamin, dan tinggi badan, serta jarak rumah dan kendaraan?”tanya Reza.
     “Benar sekali sahabatku..!”katanya, “semua cocok dan hanya cocok denganmu Angga.!”
     “Hei yang benar saja..! lalu dari mana kau bisa mengambil kesimpulan bahwa pelakunya dari 11-A3..?!!menuduh tanpa bukti adalah Fitnah..!”Angga mengelak dengan semua fakta yang tersaji di hadapanya.
     “orang yang mencuri pastinya melihat Novel itu di meja Guru kelas 11-A2, dan orang yang melihatnya pastilah orang yang lewat depan kelas 11-A2, dan orang yang lewat depan 11-A2 hanyalah orang yang menuju ke kelas 11-A3 dan 11-A4, karena setelah kedua kelas itu jalan buntu, tak munkin ada orang yang datang dari arah sebaliknya di waktu sepagi itu, dengan begitu bisa dipastikan pelakunya adalah antara kelas 11-A3 dan 11-A4. Kelas 11-A4 tidak memiliki bukti yang mendukung atas tuduhan ku, semua fakta hanya cocok dengan kau, dan kau tidak bisa mengelak, buktinya ada di bawah kakimu !, motif alas sepatumu pasti sama persis dengan jejak sepatu di kelas yang sampai sekarang masih terlihat jelas mengotori kelasku..!”
     Angga tak bisa berkata apa-apa, dia tak berani mengangkat kakinya, wajanya penuh keringat, matanya tak berkedip dengan ekspresi gelisah, bingung, dan takut yang bercampur aduk.
     “sekarang aku beri tiga pilihan..”ujar Fian, “pertama kuseret kau ke kelasku dimana anak anak masih ada di dalamnya, lalu mengutarakan semua deduksiku tadi dan fakta bahwa kau mencuri, kedua, kulaporkan kau ke guru BK, dan ketiga....mengakulah dengan jujur dan kembalikan Novel Sherlock Homes yang kau curi itu kepada Anis.”ujar Fian tegas.
     “baiklah baiklah..!!tolong jangan laporkan aku ke BK, atau jangan lakukan apapun yang membuatku malu..!”ujar Angga.
     “kau yang mempermalukan dirimu sendiri..”tukas Fian kasar.
     “baiklah..!maaf, aku memang mencurinya, aku adalah pengemar berat Sherlock Holmes, dan saat aku lewat depan kelas kalian, aku melihat Novel itu, karena malu untuk meminjam dan aku melihat tak ada siapapun waktu itu, aku mengambilnya secara diam-diam. Tapi akan ku kembalikan padamu, tolong maafkan aku..!!”Angga mengambil Novel itu dari tasnya dan menyerahkanya ke Anis.
     Tangan Anis mendorong Novel yang disodorkan kepadanya. “tak apa kawan, aku juga penggemar berat Sherlock Holmes, aku tahu bagaimana perasaanmu, kau bisa meminjamnya dulu, tak perlu malu, kita kan sama-sama Sherlockian “ujar Anis tersenyum dan mengulurkan tangnya ke Angga.
    Angga dengan penuh rasa terimakasih menjabat tangan Anis.dia juga meminta maaf kepada Fian, Reza, Sam, dan Robi. Kini Angga berteman dengan mereka, dan angga kagum dengan Ketelitian analisa Fian, bagai seorang Detektif.

No comments:

Post a Comment

Kata - Kata Kasar (The Tabooness of Profanity)

"Kok kamu ngomong kasar kayak gitu sih?" "Jaga dong mulutmu!" "Kok kowe misuhan seh?" "Why do you cursed ...