Judul:Pencurian Klub Teater
Genre:Mistery, School-life
Author:Aliffiandika
“Kak gawat
kak..!!”teriak gadis berambut pendek memasuki kelas 11 A-5.
“heh? Ada apa ndre..?” kata Fian, kakak
Riana Andreani, nama gadis tersebut. Mereka adalah pelajar SMA Negeri 6 Malang.
Pada hari jumat SMA 6 Malang tengah melakukan persiapan menjelang perayaan Hari
ulang tahun sekolah, sekolah berencana menampilkan pertunjukan drama oleh Klub
Teater, penampilan klub-klub lain, serta penampilan Band-band siswa, tak lupa
juga di meriahkan oleh berbagai lomba menarik lainya.
“gawat, kostum kami hilang, kostum untuk
Drama di Hari ulang tahun sekolah besok.”
“terus?”kata Fian cuek membaca buku.
“ayolah...kau kan jenius, tolong bantu
kami...” Hari itu, Klub Teater kehilangan properti untuk acara pementasan di
perayaan ulang tahun sekolah. Hal itu cukup membuat anggota Klub Teater panik,
karena hal itu dapat mengagalkan pementasan.
“baiklah baiklah...tunggu sebentar.” kata
Fian memasukan bukunya ke dalam laci meja.
“sudah nanti saja !, ini lebih penting.”
Riana menyeret kakaknya menuju Ruang Teater, tempat berkumpulnya anggota Klub
Teater.
Di depan Ruang Klub sudah berdiri banyak
siswa.“lho..lho ini siapa lagi kau bawa?”tanya Aisyah siswi kelas 11 B-2 selaku
ketua Klub Teater.
“Dia kakak-ku, kelas 11 A-5, dia pasti
bisa membantu kita menemukan ‘Gaun sang putri’ yang hilang, walaupun dia
terlihat seperti lelaki tak ber-otak,tapi dia jenius lho..”ujar Riana dengan gayanya
yang tomboy.
“hei hei..”Fian melirik Riana.
“baiklah..mohon bantuanya, gaun itu sangat
penting untuk pementasan besok” ujar Aisyah pada Fian.
“aah...tapi aku tidak yakin bisa menemukan
gaun itu.” Fian menggaruk kepalanya yang berambut cukup lebat untuk laki-laki.
“kami ingin kau menemukan siapa
Pencurinya..!”kata Fitria salah seorang anggota Klub.
“pencuri? Jadi maksudmu, gaun itu di
curi?”
“iya..”Aisyah menunjukan bagian dalam
ruangan, Fian terpaksa masuk dan melihat lihat. Terlihat banyak properti untuk
drama, sebuah lemari penuh sapu dan sebuah meja berbentuk bundar dikelilingi 5
kursi, dan terdapat tumpahan bedak berwarna putih berceceran di lantai.
“oh..itu aku tadi tidak sengaja
menumpahkan bedak untuk tata-rias di lantai, aku akan mengambil sapu..”kata
Tifani gadis berkacamata.
“jangan..! biarkan tempat ini tetap
seperti semula !,jangan sentuh apapun !”sentak Fian mulai serius menyelidiki.
“dimana letak Gaun itu awalnya?”
“di situ.”Fitria menunjuk meja berbentuk
bundar di kelilingi 5 kursi.
“baiklah, sekarang siapa sajakah yang
berada di ruangan ini berurutan seiring waktu..?”kata Fian.
“pukul 10 kami semua anggota klub Teater
membahas propeti di ruangan ini, lalu kami keluar untuk membeli makanan,
sementara yang tinggal di sini yaitu Tifani dan Fitria.”ujar Aisyah.
“aku pergi ke toilet karena mendadak
perutku sakit, jadi aku meninggalkan Tifani sendirian.”kata fitria.
“lalu bagaimana denganmu?”tanya Fian pada
Tifani.
“benar, aku sendiri di ruangan ini saat
itu, aku tidak sengaja menyengol bedak yang ada diatas meja,sehingga terjatuh
ke lantai dan berceceran, kemudian aku keluar mengambil kuas untuk
memungutinya, setelah aku kembali, sudah ada Fitria dan mas-OB di pintu, saat
itulah kami menyadari bahwa Gaun untuk pemeran ‘sang putri’ telah hilang.”
“lalu mas..?”dia lanjut bertanya ke
seorang OB yang juga ada di ruangan.
“iya, saya tadi masuk untuk mengambil
sapu.”
“tunggu...,sapu?”
“iya, sapu, kain pel dan alat kebersihan
disimpan di ruangan teater ini, di lemari itu.” dia menunjukan lemari. “saat
aku masuk, bedak sudah tercecer dan tak ada gaun diatas meja, tapi sebelum aku
masuk aku sempat menyirami bunga di depan ruang ini, dan aku melihat tiga anak
ini bergantian memasuki Ruangan ini.”
Fian mengamati tiga anak berseragam
lengkap, mereka yaitu Zaen ketua kelas 11 B-2, gadis berambut panjang bernama
Rena siswa kelas 10-1, dan terakhir anak laki laki kurus bernama Yoga kelas
10-2.
“kenapa kau masuk ruangan Teater?”tanya
Fian pada Rena.
“aku meminjam sapu, dan ini aku mau
mengembalikanya.” dia menunjukan sapu di tanganya.
“lalu kau?” dia menunjuk Yoga.
“aku habis mengembalikan sapu ke dalam
Ruangan, kebetulan hari ini aku piket, dan kelas kehabisan sapu, benarkan
Riana?”
“Iya kak, kebetulan kami sekelas di kelas
10-2.” Kata Riana.
“yang terakhir kau Zaen.” Zaen adalah
teman lama Fian di kelas 10.
“sama seperti dia, pagi tadi kelasku
meminjam sapu dari ruangan ini, kemudian pukul setengah sebelas-an aku
mengembalikanya ke sini. aku sama sekali tak melihat gaun itu di meja.”kata anak lelaki bertubuh jangkung itu.
“beri aku waktu sebentar untuk mengamati
meja itu.”kata Fian.
“silahkan, tapi gaun itu tak mungkin ada
di situ..” sahut Aisyah.
“aku bukan mencari gaun itu di meja itu,
tapi aku mencari petunjuk.”
Fian mulai mendekati meja berbentuk
lingkaran itu. Dia menunduk dan mengamati lantai, dia hanya melihat, namun tak
menyentuh benda apapun disana.
“bagaimana kak? Kau temukan
petunjuknya?”kata Riana di belakang Fian.
“Andre..coba katakan padaku, apa saja yang
kau lihat?”kata Fian pada Riana, Fian biasa memanggil adiknya dengan nama Andre
karena Riana bersikap seperti laki-laki.
“mejanya bundar, ada lima kursi
mengelilingi meja, ada tumpahan bedak di dekat salah satu kursi.”
“ya benar, dengan begitu kita bisa
mengetahui siapa pelakunya”
“hah? Bagaimana bisa?”
“lihat lah..”Fian menunjukan salah satu
kursi dekat tumpahan bedak. “ada garis miring panjang di tumpahan bedak yang
berasal dari kaki kursi, semua kursi tertata rapi, namun hanya kursi ini yang
sedikit miring, kursi ini menghadap Barat tapi sedikit miring ke arah Utara,
sialnya di tumpahan bedak ini juga ada banyak bekas jejak sepatu yang tidak
jelas bentuknya, kemungkinan mereka menginjak-injak tumpahan bedak saat mencari
gaun.”
“aku masih tidak mengerti.”ujar Riana
memiringkan kepalanya.
“sudahlah, ikuti aku..”Fian dan Riana keluar
ruangan dan menemui teman-temanya yang menunggu di depan ruangan.
“bagaimana? Sudah kau temukan
petunjuknya?”Fitria bertanya.
“sudah, tapi petunjuknya tidak cukup
untuk membuktikan siapa pelakunya.”jawab Fian.
“apa mungkin pelakunya salah satu dari
kalian berdua” kata Yani salah seorang anggota klub teater menunjuk Tifani dan
Fitria.
“apa..?! yang benar saja, aku ke kamar
mandi, dan pulang-pulang gaun itu sudah tidak ada.”sentak Fitria.
“bisa saja kau Tifani, bukankah kau satu
satunya orang yang berada di ruangan ini ketika kami pergi.”
“aku berani bersumpah, aku tak mencurinya,
buat apa coba?kan bisa saja anak anak yang masuk sini mengambil sapu
tadi..”Tifani menyangkal.
“sudah sudah..! cukup jangan saling
menuduh, kita tak bisa menuduh orang tanpa bukti. Begini saja, emh...sekarang
jam berapa?”kata Fian.
semua anak melihat jamnya masing masing.
“jam 11:20”kata Fitria melihat jam di ponselnya.
“di jam ku menunjukan pukul 11:27, lebih
cepat 7 menit memang.” Kata Yoga melihat jam tangan yang ada di tangan kananya.
“jam 11:20” ujar Zaen memperlihatkan
ponsel di tangan kananya.
“ponselku menunjukan pukul 11:22”sahut
Aisyah sambil memasukan ponselnya ke saku kirinya.yang lainya kebanyakan sama
dengan jam Fitria.
“ngomong
ngomong kenapa kalian semua membawa tas kalian?”tanya Fian.
“kelas kami semua sedang dibersihkan untuk
acara besok, makanya kami membawa tas kami”ujar Tifani.
“baiklah kalau begitu, tak ada waktu lagi,
karena ini hari jumat, sebentar lagi siswa laki -laki muslim harus sholat
jumat, aku akan melakukan tes kepada kalian semua.yaitu tes lari.”
“apa?!tes lari?! Jangan bercanda kau!”ujar
Aisyah.
“iya, benar, untuk apa lari segala?kita
mencari pencuri kan?”sahut Zaen.
“sudah turuti saja, tak ada waktu lagi”
akhirnya mereka menuruti perkataan Fian, mereka lari satu persatu dengan jarak
20 meter, tak terkecuali adiknya sendiri dan OB.
“bagaimana?”tanya Aisyah.
“uh..aku belum tahu siapa pelakunya, atau
mungkin pelakunya memang tidak ada diantara kita.”jawab Fian.
“apa..!?hei ayolah, jangan bermain-main,
apa mungkin kau ini memang bodoh dan tidak tahu siapa pelakunya?”Aisyah mulai
marah.
“aku bilang aku belum mengetahui siapa
pelakunya disini, mungkin pelakunya tidak ada diantara kita. Begini saja,
sekarang kau beritahu wakil kepala sekolah masalah kehilangan ini, biar nanti
diumumkan bagi siapa yang menemukanya. Aku berani jamin pasti ditemukan sebelum
selesai sholat jumat, dan jika tidak, aku yang bertanggung jawab” Fian
menegaskan.
Dengan begitu, semua bubar. Aisyah ditemani beberapa temanya pergi ke
wakil kepala sekolah untuk melapor, sementara yang lainya pergi kembali ke
kelasnya.
“tunggu kak, sebenarnya kau berbohongkan
soal kau tidak tahu siapa pelakunya?, dan lagi pula, ini jalan menuju kelasku,
kelasmu kan disana!”ujar Riana yang kakaknya berjalan di sampingnya.
“ndre..aku bertanya, apa saja jadwal
pelajaranmu hari ini.?”
“karena hari ini jumat, kelasku hanya punya
dua mata pelajaran, yaitu Seni dan PKN, jam selebihnya di gunakan untuk bersih
bersih.”
“apakah dua pelajaran itu membuat
bawaanmu berat?”
“tidak, lihatlah ! tasku sangat ringan,
hanya membawa dua buku tulis untuk PKN dan satu buku gambar untuk Seni, lagi
pula hari jumat tak ada ekstra kurikuler apapun, tentu bawaanku tidak berat.”
“itu dia...”
“kenapa?”sahut Riana.
“kita akan menemui sang pelaku.” Fian
mempercepat langkah kakinya, Riana mengikuti di belakangnya. Mereka mendekati
seseorang dari arah belakang, dan menepuk pundaknya.
“apa..?! Yo..Yoga..?”ujar Riana, melihat
kakaknya menangkap Yoga. “tapi kenapa?”
Mereka bertiga berhenti, kebetulan jalan
menuju kelas sudah sepi, tak ada murid lalu lalang. “kau ingat posisi kursi di
meja bundar itu? Kau ingat bekas kaki kursi yang didorong di tumpahan bedak?”
“iya, kenapa dengan itu semua, bukankah
itu semua tak ada hubunganya dengan Yoga?”
“pada tumpahan bedak itu, ada garis
sepanjang 20 centimeter miring ke kanan, dan garis itu dibuat oleh kaki kursi
yang didorong, hanya kaki kursi bagian kiri yang menimbulkan garis,dan kursi
miring menghadap kanan. Artinya seseorang telah memiringkan badan sebelah
kirinya dan menjulurkan tangan kirinya untuk mengambil gaun, sehingga kursi
didepanya terdorong dan miring kearah kanan, bisa disimpulkan si pelaku adalah
kidal, dan hanya ada dua orang yang kidal di antara kita tadi, yaitu Aisyah dan
Yoga..!”
“bagaimana kau bisa tahu Yoga dan Aisyah
kidal?”tanya Riana.
“Yoga memakai jam di tangan kanan kan?
Orang biasa memakai jam di tangan kiri, sedangkan orang kidal memakai jam
ditangan kanan. Dan Aisyah dia mengambil, memegang, dan menaruh ponselnya
dengan tangan kiri, tapi Aisyah punya alibi, dia berada di kantin bersama
teman-temanya saat kejadian, jadi...sisanya tinggal kau Yoga..!”
Yoga terdiam, wajahnya memerah penuh
kekhawatiran.
“tapi karena Yoga kidal bukan berarti dia
pelakunya bukan?”kata Riana meyahut.
“kau kira untuk apa aku melakukan tes lari
pada semua anak yang membawa tasnya? Itu hanya untuk memastikan bahwa ada
tidaknya gaun itu di dalam tas mereka, makanya aku tadi bertanya soal jadwal
padamu, seharusnya buku dan barang bawaanmu sangat sedikit, tapi lihat, tas
yoga terlihat begitu besar dan penuh, lalu saat dia berlari, tasnya terangkat
angkat dengan mudah dan ringan, artinya tas yoga terisi barang yang ringan tapi
memakan tempat. Jika dugaanku benar maka gaun itu ada di dalam tasnya yoga
sekarang. Dan perkara bedak, pasti bedak yang menempel dibawah sepatunya sudah
hilang saat dia menginjak rumput berembun di sana tadi.” Fian dengan lengkap
mengutarakan deduksinya.
“tapi kenapa?”sahut Riana.
“aku tidak akan bertanya kenapa, aku hanya
ingin kau mengembalikan gaun itu ke klub Teater.”ujar Fian.
Yoga tak menjawab sepatah katapun, dia tak
bisa mengelak bukti itu, dia membuka tasnya, terlihat sebuah gaun berwarna
putih dengan motif berwarna emas yang indah. “maafkan aku, aku hanya disuruh,
aku bersumpah. Tolong jangan laporkan aku kak, kumohon..”kata Yoga memohon,
mata Yoga mulai memerah dan berair.
“sudah sudah..tenanglah, kau kira untuk
apa aku menemuimu disini, sebenarnya aku sudah tahu kau pelakunya di sana, tapi
jika kuutarakan pasti mereka akan menghajarmu dan tidak akan memaafkanmu, maka
dari itu, kau kembalikan saja diam diam gaun itu, atau taruhlah di tempat yang
banyak siswa lewat, aku yakin akan ada yang menemukan dan membawanya ke wakil
kepala sekolah.”Fian menenangkan.
“baik kak..aku akan melakukan seperti apa
yang kau katakan, terimakasih kak..”ujar Yoga.
“sudahlah Yog...tenang saja, kami tak akan
mengadukanmu, akukan sekelas denganmu, dan aku tahu kau sebenarnya anak yang
baik.”ujar Riana.
“terimakasih Riana.”mereka pun pergi
meninggalkan Yoga.
“kau benar benar hebat kak..tak kusangka
kakak yang kukira tidak berguna ini ternyata bijaksana juga..”ujar Riana.
“sudahlah, aku hanya tak ingin ada yang
sakit hati dan dirugikan, jika saja aku menuduhnya di depan yang lain, pasti
dia menyimpan dendam dan akan berbuat hal buruk lagi.”
“tapi kak, aku masih heran kenapa dia
melakukanya? Dia bilang disuruh, tapi oleh siapa?”
“aku sudah tahu siapa yang menyuruhnya,
dia adalah temanku dulu, namanya Devi, dia kakanya Yoga, kau mengenalnya kan?,
dulu dia ikut klub Sastra dan klub Teater.”
“iya benar, beberapa hari yang lalu kak
Devi memberikan naskah drama yang ia tulis kepada kak Aisyah, naskahnya tentang
wanita melawan penyihir, tapi Yunita temanku juga mengajukan naskah dramanya
yang berkisah tentang kisah cinta seorang putri dan pangeran”
“sudah kuduga, pasti Devi merasa sakit
hati ketika mengetahui bukan naskahnya yang digunakan untuk Drama, dia merasa
naskahnya ditolak secara tidak langsung, dia juga merasa iri. Akhirnya dia
menyuruh adiknya membalaskan sakit hatinya dengan menyuruh adiknya mencuri gaun
yang digunakan untuk pentas drama.”
“kurasa kak Devi salah paham, Kak Aisyah
tidak menolak naskah kak Devi ataupun naskah Yunita, tapi dia menggabungkan
keduanya, dalam drama akan ada tokoh putri dan pangeran melawan seorang
penyihir.”
“jadi begitu ya? Akhirnya, semua
senangkan?”sahut Fian.
“tapi kak? Dari mana kau tahu Yoga adiknya
kak Devi?”
“mereka sangat mirip, lagi pula dulu di
kelas 10, aku pernah melihat Devi mengisi biodata, dan aku melihat dia menulis
nama anggota keluarga termasuk adiknya, tertulis Yoga Widyanto.”
Fian dan kawan kawanya pergi ke masjid
sekolah untuk melaksanakan sholat jum’at. Seusai sholat jumat, Klub Teater
berhasil mendapatkan gaunya kembali. Seorang siswa menemukanya di depan pos
satpam dan menyerahkanya ke wakil kepala sekolah.
“sepertinya Yoga melakukan apa yang
kukatakan dengan baik.”kata Fian dan Riana yang sedang berjalan pulang menuju
rumah.
“kan sudah ku bilang, dia itu sebenarnya
anak yang baik.”
Keesokan harinya, mereka akan merayakan
hari ulang tahun sekolah, semua lomba dan kegiatan berjalan dengan lancar dan
meriah, termasuk pentas drama klub Teater, kisah seperti yang dikatakan Riana,
Aisyah menggabungkan cerita Yunita dan Devi, Devi yang melihatnya juga ikut
senang dan menyesal telah melakukan hal yang buruk.
Tapi ada hal yang membuat Fian kaget saat
menyaksikan pertunjukan Drama, “Hah..!!Ri...Riana jadi Pangeran?!” ujar Fian
kaget.
“siapa Riana?”kata Teman Fian yang duduk
disebelah.
“Dia adik perempuanku.”
“pe..perempuan?oh iya ya, adikmu si cewek
tomboy itu kan?”. Mungkin klub Teater menjadikan Riana Pangeran karena Riana
yang bertingkah dan bersikap seperti laki-laki, atau juga mungkin karena Klub
Teater tak memiliki anggota laki-laki untuk memerankan sang Pangeran.
Minta Koreksi dan komentarnya gan.
Catatan: Boleh Copas, tapi DILARANG mengubah hak cipta.
No comments:
Post a Comment