Tuesday, May 15, 2018

Kapolsek Rambut


Kapolsek


            “Hehhh Kamu!!”Teriakan melengking yang ganjil dan mengerikan menusuk telinga Mahasiswa gondrong, sebuah gunting rambut melesat melewati kepala gue. Sebuah Teror di perkuliahan. Semua berawal Satu dekade yang lalu.

            Dari SD gue pengen banget punya rambut gondrong walau gue cowok, karena pikir gue pas SD keren aja gitu. cowok rambut gondrong bukan berarti feminim, justru kalo diinget inget, secara zoologis, Singa cowok memiliki rambut kepala yang panjang, sementara singa Cewek enggak. Mungkin karena hasil seleksi alam, Singa cowok gondrong telihat mengintimidasi dan seolah lambang kewibawaan. Sedangkan pada manusia malah dibalik, (ya iyalah, manusia ya manusia.. hewan ya hewan.) eits..! tunggu dulu nying! Secara biologis rambut manusia baik cewek maupun cowok keduanya mampu tumbuh hingga hampir mencapai satu meter, tumbuh secara kontinyu. Jadi memotongnya pendek sebenernya melawan kodrat biologis Homo sapiens. Lalu dari mana asalnya peraturan atau norma tak tertulis yang mengatakan seharusnya cowok itu berambut pendek, jawabanya adalah Sosial!, entah sejak kapan tapi pendapat pribadi yang serupa kian berkembang hingga akhirnya menjadi semacam standard, yang kalau dipikir pikir secara kritis alasanya sangat nggak logis, sangat subjektif.

            Keinginan gue buat Gondrong terlahang sejak SD sampai SMA, karena adanya peraturan ‘retarded’ soal kerapian, bla...bla...bla, gue gak bakal bahas peraturan Sekolah yang kayak gitu disini (karena udah pernah gw tulis).

            “Mantap, setelah lulus akhirnya gue bisa gondrong!” ujar gue ketemen gue pas lulus SMA. Namun mimpi itu hancur ketika gue masuk jurusan Teknik Kimia di Politeknik Negeri Wakanda (tempat gue samarin biar gak kena masalah).

            Pagi itu gue dan temen gue lagi jalan santai di Lorong Gedung jurusan sambil Ngupil. Tiba tiba terdengar Suara Mengerikan “Hehhh Kamu!!”sentakan seorang wanita yang seolah gelombang suaranya menimbulkan Gelombang kejut yang mampu menghempaskan semua molekul Oksigen Diudara dan menguraikan semua kandungan air di udara menjadi atom Oksigen dan hidrogen secara terpisah. Membuat kami sesak nafas dan mulut kering, bibir pecah pecah, sariawan, tenggorokan panas, perut kembung, susah kentut, dll. Perlahan gue menoleh ke sumber suara. Bu Mariam (namanya gue samarin).

            Orangnya nunjuk gue, gue noleh ke temen gue yang botak. Temen botak noleh ke gue.
            “Iya Kamu! Yang gondrong!”ujar Bu Mariam. Gue ambil pengaris dan ngukur panjang rambut gue, yang ternyata panjangnya nggak sampai 20 cm, wajar aja gue nggak ngerasa gondrong. Gue noleh lagi ke orang orang disekitar, siapa tahu bu Mariam nunjuk orang lain.

            Pas gue noleh lagi ke depan Seketika Bu Mariam berada pas di depan muka gue, padahal tempatnya berdiri tadi sekitar 10 meter jauhnya, saking cepetnya gerakan tiba tiba Bu Mariam, rambut temen gue hilang terhempas terkena angin, eh temen gue emang udah botak sih.

            “Ya Elu yang gue maksud, upil kuda!” ujar Bu Mariam sampil njambak rambut gue, mukanya serem, matanya Melotot udah kek mau berubah jadi Kyuubi. “Senin harus Udah potong!”

            “I..iya bu.”jawab gue tegar.

            “kalo masih gondrong, Nilai lu yang gue potong!”

            Sejenak gue sadar, ternyata itu cuman khayalan gue, percakapan dengan beliau berlangsung normal dan sedikit manusiawi, tapi tetep aja gue disuruh potong tambut.

            Bagi Mahasiswa biasa, Bu Mariam ini Dosen Killer, tapi bagi mahasiswa gondrong kayak gue, dia adalah Dosen Serial Killer, entah berapa rambut yang udah dia mutilasi.

            Gue heran dengan kuliahan gue, setelah lulus SMA, kebanyakan Universitas memperbolehkan Mahasiswa laki laki berambut panjang, tapi di kuliahan gue karena Politeknik, Kebanyakan Jurusan Melarang hal tersebut, walau beberapa ada yang memperbolehkan.

            Gue nggak langsung menentang aturan atau Fuck the Rule!, enggak, gue Cuma mempertanyakan sebuah peraturan sebelum mengikutinya. Oke lah di Jurusan Teknik Mesin atau Sipil, nggak boleh rambut panjang alasanya untuk Safety, bayangin pas lo praktek rambutlo masuk gir atau mesin gitu, Final Destination banget kan? Untuk alasan itu gue setuju banget. Tapi di Jurusan gue secara Spesifik, Teknik Kimia, alasanya apa coba? Masa alasan Safety? Praktikum di jurusan gue kebanyakan cuman mencet mencet Tombol sama ngaduk ngaduk larutan doang. Bahayanya ada sih, kena Larutan asam atau paling paling keracunan, tapi nggak ada yang berhubungan dengan panjang rambut. Nggak mungkin banget gitu ada kejadian, Mahasiswa Teknik Kimia pas mencoba memasukan larutan NaOH ke dalam Buret tiba tiba Rambutnya yang panjang secara tidak sengaja melilit di lehernya, mencekiknya hingga tewas, Sinetron Indosiarpun nggak sengawur itu kalo mau mbunuh tokoh cerita. Kalaupun Alasan Safety nih, baik cowok maupun Cewek keduanya harus berambut pendek, nggak beda bedain gender, emangnya bahaya kalo cowok kecelakaan kerja gara gara rambut tapi oke oke aja kalo cewek yang kena masalah gitu, NGGAK LOGIS.

            Argumentasimu tentang Safety Musnah coeg!. Akhirnya ada lagi alasan, Biar Rapih!. Rapi itu subjektifitas persepsi manusia yang relatif dan nggak bisa diukur dengan angka, standard sosial yang seolah berasal dari pemikiran masyarakat jahiliyah di mesopotamia kuno. Alasan kedua ini pun Sirna. #Tekkimgondrong2019.

            Ternyata nggak cuman gue yang punya pemikiran kayak gini, pas tingkat dua, gue ketemu temen temen lain yang sepemikiran dan ingin mengondrongkan rambutnya. Dimulailah pembentukan Aliansi, sebuah gerakan revolusi dari dunia bawah (apaan sih anying?). gerakan menentang penindasan hak berpenampilan. Buat cewek yang nggak ngerti perasaan kita kek gimana, coba bayangin lu dimarah marahin Cuma karena pake make up ke kampus, yang di make up muka lo tapi yang sewot dia, nggak ngerugiin siapapun, itu cara lo mengekspresikan dan memperindah diri tapi dihalang halangi orang yang sama sekali nggak punya hak buat ikut campur. Pengen bacok kan rasanya..

            Ternyata nggak cuman gue dan temen temen gue yang bikin Aliansi cowok gondrong. Dosen serial killer itupun juga demikian, men-brainwash Dosen lain hingga terbentuk kelompok Dosen anti Mahasiswa gondrong. Kami memanggil Bu Mariam sebagai Kapolsek, karena ia pentolan dari gerakan Dosen Radikal anti rambut tersebut, ada Satpol PP dan ada Polisi biasa sebagai anggotanya. Mereka bermarkas di lantai 3 Gedung ASu. 

            Dalam Semester ke 4 ini gue udah kena Tilang 5 kali (razia rambut).karena kelas gue pusat pergerakan Mahasiswa gondrong, pernah Bu Mariam mendatangi kelas gue, nggak masuk sih, Cuma ngliatin kami dari balik pintu sambil bawa gunting, senyum mengerikan dan tatapan mata yang bersinar dalam gelap, kek di anime anime yang karakternya psikopat gitu.

            Kami menyusun Strategi untuk menyelamatkan Rambut kami dari Terkaman sadis Dosen Serial Killer. Anti-Stalking, sebuah teknik yang mempelajari rutinitas seseoang kemudian digunakan untuk menghindari orang tersebut, kami hafal jadwal Bu Mariam mengajar dan dimana Lokasi dia mengajar, jadi kami menghindari tempat tempat angker tersebut. Membuat grub dimedia sosial bernama “Info Cegatan POLINEWA(Politeknik Negeri Wakanda..Hu Haa!).

            Kami juga mengadakan Survey Rutin, apakah kendaraan Kapolsek ada atau enggak di parkiran, kalau ada, berarti hari itu dia Masuk, sehingga kami dapat meningkatkan kewaspadaan ke level Siaga. Kami Masuk gedung ASu yang pada dasarnya wilayah kekuasaan para ‘Polisi rambut’ dengan sangat berhati hati, masuk gedung dengan mata was was, celingukan, langkah kaki perlahan, kayak Misi operasi penyergapan gitu.

            “Sector Clear!” ujar gue memasuki lantai satu yang masih aman aman saja.

            “Dik awas!” ujar Dito (nama samaran) teman gondrong gue, sebuah gunting Melayang melesat melewati kepala gue, beberapa helai rambut tersabet.

            “Nani??!!”

            “he ..he..”Tawa Kapolsek yang mengerikan terdengar dari ujung Lorong yang gelap dan sempit, sesaat terlihat kilatan Cahaya, dia melangkah maju dengan memutar mutar gunting di jarinya, berjalan perlahan seperti pinguin, memiringkan kepalanya dan tersenyum sambil melotot kearah kami.

            “Team Fall back!!!”ujar Hiro (nama samaran) temen gue. Pasukan Revolusioner terpaksa mundur, karena Kapolsek telah mengetahui rencana kami.
           



Kata - Kata Kasar (The Tabooness of Profanity)

"Kok kamu ngomong kasar kayak gitu sih?" "Jaga dong mulutmu!" "Kok kowe misuhan seh?" "Why do you cursed ...