Kapolsek
“Hehhh Kamu!!”Teriakan
melengking yang ganjil dan mengerikan menusuk telinga Mahasiswa gondrong,
sebuah gunting rambut melesat melewati kepala gue. Sebuah Teror di perkuliahan.
Semua berawal Satu dekade yang lalu.
Dari SD gue pengen banget punya
rambut gondrong walau gue cowok, karena pikir gue pas SD keren aja gitu. cowok
rambut gondrong bukan berarti feminim, justru kalo diinget inget, secara
zoologis, Singa cowok memiliki rambut kepala yang panjang, sementara singa
Cewek enggak. Mungkin karena hasil seleksi alam, Singa cowok gondrong telihat
mengintimidasi dan seolah lambang kewibawaan. Sedangkan pada manusia malah
dibalik, (ya iyalah, manusia ya manusia.. hewan ya hewan.) eits..! tunggu dulu
nying! Secara biologis rambut manusia baik cewek maupun cowok keduanya mampu
tumbuh hingga hampir mencapai satu meter, tumbuh secara kontinyu. Jadi
memotongnya pendek sebenernya melawan kodrat biologis Homo sapiens. Lalu dari
mana asalnya peraturan atau norma tak tertulis yang mengatakan seharusnya cowok
itu berambut pendek, jawabanya adalah Sosial!, entah sejak kapan tapi pendapat
pribadi yang serupa kian berkembang hingga akhirnya menjadi semacam standard,
yang kalau dipikir pikir secara kritis alasanya sangat nggak logis, sangat
subjektif.
Keinginan gue buat
Gondrong terlahang sejak SD sampai SMA, karena adanya peraturan ‘retarded’ soal
kerapian, bla...bla...bla, gue gak bakal bahas peraturan Sekolah yang kayak
gitu disini (karena udah pernah gw tulis).
“Mantap, setelah lulus
akhirnya gue bisa gondrong!” ujar gue ketemen gue pas lulus SMA. Namun mimpi
itu hancur ketika gue masuk jurusan Teknik Kimia di Politeknik Negeri Wakanda (tempat
gue samarin biar gak kena masalah).
Pagi itu gue dan temen gue
lagi jalan santai di Lorong Gedung jurusan sambil Ngupil. Tiba tiba terdengar
Suara Mengerikan “Hehhh Kamu!!”sentakan seorang wanita yang seolah gelombang
suaranya menimbulkan Gelombang kejut yang
mampu menghempaskan semua molekul Oksigen Diudara dan menguraikan semua kandungan
air di udara menjadi atom Oksigen dan hidrogen secara terpisah. Membuat kami
sesak nafas dan mulut kering, bibir pecah pecah, sariawan, tenggorokan panas,
perut kembung, susah kentut, dll. Perlahan gue menoleh ke sumber suara. Bu Mariam
(namanya gue samarin).
Orangnya nunjuk gue, gue
noleh ke temen gue yang botak. Temen botak noleh ke gue.
“Iya Kamu! Yang
gondrong!”ujar Bu Mariam. Gue ambil pengaris dan ngukur panjang rambut gue,
yang ternyata panjangnya nggak sampai 20 cm, wajar aja gue nggak ngerasa
gondrong. Gue noleh lagi ke orang orang disekitar, siapa tahu bu Mariam nunjuk
orang lain.
Pas gue noleh lagi ke
depan Seketika Bu Mariam berada pas di depan muka gue, padahal tempatnya
berdiri tadi sekitar 10 meter jauhnya, saking cepetnya gerakan tiba tiba Bu
Mariam, rambut temen gue hilang terhempas terkena angin, eh temen gue emang
udah botak sih.
“Ya Elu yang gue maksud,
upil kuda!” ujar Bu Mariam sampil njambak rambut gue, mukanya serem, matanya
Melotot udah kek mau berubah jadi Kyuubi. “Senin harus Udah potong!”
“I..iya bu.”jawab gue
tegar.
“kalo masih gondrong,
Nilai lu yang gue potong!”
Sejenak gue sadar,
ternyata itu cuman khayalan gue, percakapan dengan beliau berlangsung normal
dan sedikit manusiawi, tapi tetep aja gue disuruh potong tambut.
Bagi Mahasiswa biasa, Bu Mariam
ini Dosen Killer, tapi bagi mahasiswa gondrong kayak gue, dia adalah Dosen
Serial Killer, entah berapa rambut yang udah dia mutilasi.
Gue heran dengan kuliahan
gue, setelah lulus SMA, kebanyakan Universitas memperbolehkan Mahasiswa laki
laki berambut panjang, tapi di kuliahan gue karena Politeknik, Kebanyakan
Jurusan Melarang hal tersebut, walau beberapa ada yang memperbolehkan.
Gue
nggak langsung menentang aturan atau Fuck the Rule!, enggak, gue Cuma
mempertanyakan sebuah peraturan sebelum mengikutinya. Oke lah di Jurusan Teknik
Mesin atau Sipil, nggak boleh rambut panjang alasanya untuk Safety, bayangin
pas lo praktek rambutlo masuk gir atau mesin gitu, Final Destination banget
kan? Untuk alasan itu gue setuju banget. Tapi di Jurusan gue secara Spesifik,
Teknik Kimia, alasanya apa coba? Masa alasan Safety? Praktikum di jurusan gue
kebanyakan cuman mencet mencet Tombol sama ngaduk ngaduk larutan doang.
Bahayanya ada sih, kena Larutan asam atau paling paling keracunan, tapi nggak
ada yang berhubungan dengan panjang rambut. Nggak mungkin banget gitu ada
kejadian, Mahasiswa Teknik Kimia pas mencoba memasukan larutan NaOH ke dalam
Buret tiba tiba Rambutnya yang panjang secara tidak sengaja melilit di
lehernya, mencekiknya hingga tewas, Sinetron Indosiarpun nggak sengawur itu
kalo mau mbunuh tokoh cerita. Kalaupun Alasan Safety nih, baik cowok maupun
Cewek keduanya harus berambut pendek, nggak beda bedain gender, emangnya bahaya
kalo cowok kecelakaan kerja gara gara rambut tapi oke oke aja kalo cewek yang
kena masalah gitu, NGGAK LOGIS.
Argumentasimu tentang
Safety Musnah coeg!. Akhirnya ada lagi alasan, Biar Rapih!. Rapi itu
subjektifitas persepsi manusia yang relatif dan nggak bisa diukur dengan angka,
standard sosial yang seolah berasal dari pemikiran masyarakat jahiliyah di
mesopotamia kuno. Alasan kedua ini pun Sirna. #Tekkimgondrong2019.
Ternyata nggak cuman gue
yang punya pemikiran kayak gini, pas tingkat dua, gue ketemu temen temen lain
yang sepemikiran dan ingin mengondrongkan rambutnya. Dimulailah pembentukan
Aliansi, sebuah gerakan revolusi dari dunia bawah (apaan sih anying?). gerakan
menentang penindasan hak berpenampilan. Buat cewek yang nggak ngerti perasaan
kita kek gimana, coba bayangin lu dimarah marahin Cuma karena pake make up ke
kampus, yang di make up muka lo tapi yang sewot dia, nggak ngerugiin siapapun,
itu cara lo mengekspresikan dan memperindah diri tapi dihalang halangi orang
yang sama sekali nggak punya hak buat ikut campur. Pengen bacok kan rasanya..
Ternyata nggak cuman gue
dan temen temen gue yang bikin Aliansi cowok gondrong. Dosen serial killer
itupun juga demikian, men-brainwash Dosen lain hingga terbentuk kelompok Dosen
anti Mahasiswa gondrong. Kami memanggil Bu Mariam sebagai Kapolsek, karena ia
pentolan dari gerakan Dosen Radikal anti rambut tersebut, ada Satpol PP dan ada
Polisi biasa sebagai anggotanya. Mereka bermarkas di lantai 3 Gedung ASu.
Dalam Semester ke 4 ini
gue udah kena Tilang 5 kali (razia rambut).karena kelas gue pusat pergerakan
Mahasiswa gondrong, pernah Bu Mariam mendatangi kelas gue, nggak masuk sih,
Cuma ngliatin kami dari balik pintu sambil bawa gunting, senyum mengerikan dan
tatapan mata yang bersinar dalam gelap, kek di anime anime yang karakternya
psikopat gitu.
Kami menyusun Strategi
untuk menyelamatkan Rambut kami dari Terkaman sadis Dosen Serial Killer. Anti-Stalking, sebuah teknik yang
mempelajari rutinitas seseoang kemudian digunakan untuk menghindari orang
tersebut, kami hafal jadwal Bu Mariam mengajar dan dimana Lokasi dia mengajar,
jadi kami menghindari tempat tempat angker tersebut. Membuat grub dimedia
sosial bernama “Info Cegatan POLINEWA(Politeknik Negeri Wakanda..Hu Haa!).
Kami juga mengadakan
Survey Rutin, apakah kendaraan Kapolsek ada atau enggak di parkiran, kalau ada,
berarti hari itu dia Masuk, sehingga kami dapat meningkatkan kewaspadaan ke
level Siaga. Kami Masuk gedung ASu yang pada dasarnya wilayah kekuasaan para
‘Polisi rambut’ dengan sangat berhati hati, masuk gedung dengan mata was was,
celingukan, langkah kaki perlahan, kayak Misi operasi penyergapan gitu.
“Sector Clear!” ujar gue
memasuki lantai satu yang masih aman aman saja.
“Dik awas!” ujar Dito
(nama samaran) teman gondrong gue, sebuah gunting Melayang melesat melewati
kepala gue, beberapa helai rambut tersabet.
“Nani??!!”
“he ..he..”Tawa Kapolsek
yang mengerikan terdengar dari ujung Lorong yang gelap dan sempit, sesaat
terlihat kilatan Cahaya, dia melangkah maju dengan memutar mutar gunting di
jarinya, berjalan perlahan seperti pinguin, memiringkan kepalanya dan tersenyum
sambil melotot kearah kami.
“Team Fall back!!!”ujar
Hiro (nama samaran) temen gue. Pasukan Revolusioner terpaksa mundur, karena
Kapolsek telah mengetahui rencana kami.
No comments:
Post a Comment