SOLVERIAN’S
Episode Spesial - Ryan Story
Cerita ini adalah penggalan Novel dari Novel Solverian's yang berisi episode spesial, yang menceritakan pendapat Ryan dan pendapat Detektif Leviant tentang Cinta.
Hari itu Ryan bermalam di rumah Detektif
swasta yang amat terkenal di Kota Malang, Detektif konsultan Leviant Friedrich.
Dua jenius itu berbagi sofa dan saling
bercerita sembari berbagi pengetahuan Sains Deduksi. Ryan adalah Siswa SMA
Tarumajaya kelas 11, dengan IQ 180, dan memiliki kemampuan Eidetic memory.
Serta memiliki kemampuan logika dan deduksi tinggi, walau dia siswa SMA, tak
jarang dia ikut membantu Polisi memecahkan kasus kasus sulit. Ryan sendiri
adalah ketua Klub Investigasi di SMAnya.
Sementara Leviant Friedrich, adalah
seorang pemuda berusia 22 tahun, berdarah campuran Indonesia – Jerman. Leviant
adalah seorang jenius dengan tercatat
memiliki IQ 200, Leviant adalah orang yang telah mengorbankan segala
bentuk kehidupan dan kebutuhan Sosialnya untuk memfokuskan diri pada dunia
Investigasi kriminal, dia bekerja sebagai Detektif Swasta sekaligus Detektif Konsultan
(detekif yang membantu Polisi).
Leviant hidup sendiri bersama pelayanya
yang berusia 50 th bernama Pak Herman, sementara Ryan tinggal bersama Pamanya
sejak kecil. Kedua anak itu memiliki banyak kesamaan, Sama sama Jenius, sama
sama kesulitan dalam bergaul/ bersosialisasi, sama sama menggeluti dunia
Detektif atau Dunia Investigasi kriminal. Dan kesamaan yang paling menonjol
adalah keduanya memiliki kelainan yang membuat mereka jenius, Levian memiliki
kelainan Asperger Syndrome, dimana penderitanya memiliki kesulitan dalam hal sosial
dan komunikasi nonverbal namun memiliki kelebihan di bidang logika dan IQ.
Sementara Ryan memiliki Kelainan Hyperthimesia, dimana si penderita memiliki
memory autobiografi yang berlebih, dengan kata lain dia mengingat segala hal
tanpa lupa sedikitpun. Dan keduanya memiliki kelainan mental yang disebut LIL
(low Inhibition Laten), dimana mereka memperhatikan setiap detil dari segala
hal yang pernah mereka lihat, hal tersebut membuat mereka mendapat informasi
lebih saat melihat sesuatu yang biasa di lewatkan orang normal.hanya Ryan yang
mampu memahami Leviant, dan sebaliknya, mereka berdua bagaikan saudara kandung.
“kak..mari kita tes kemampuan observasi
Low inhibition laten kita. Aku beri kau surat, ini adalah surat guruku, tanpa
nama, bisakah kau tebak orangnya.?”Tanya Ryan menyodorkan secarik surat tulisan
tangan.
Leviant mulai mengamati tulisan tanpa nama
tersebut, dan mencoba mencari informasi tentang
si penulis melalui kemamuan analisis low Inhibition Latenya. 3 menit
kemudian Leviant menaruh surat.“ini mudah” katanya. “ “dia orang yang rasional,
cukup obsesif dengan kebersihan dan kerapian,keras kepala tapi loyal,
emosional, rambutnya disisir kebelakang, rambutnya klimis, cara berjalanya
cepat dengan langkah yang lebar, orangnya optimis.orangnya cukup tua, tapi
badanya sehat, otot tanganya masih bagus, dan dia guru matematika.”
“kemampuan mu tajam seperti
biasanya.”Ryan duduk bersila sambil meminum kopinya, “sekarang bisa kau
jelaskan alasan kenapa kau menyimpulkan semua itu?”lanjutnya.
“orang biasa hanya akan melihat ini surat
tulisan tangan biasa tanpa nama penulis, tapi bagi kita pengidap LIL, dan dipadukan
dengan ilmu grafologi, itu mudah saja untuk mengeruk informasi tentang si
penulis.”kata Leviant dengan wajahnya yang selalu datar.
“pertama, aku mengetahuinya dari bentuk
tulisan tanganya miring ke kanan, artinya orang itu emosional, jarak spasi
antar huruf sangat rapat, artinya dia tidak sabaran, percaya diri, optimis,
orang seperti itu jalanya pasti cepat dengan langkah lebar, lalu huruf hurufnya
tidak bersambung, menandakan orangnya yang cedas, rasional, berpikir sebelum
bertindak, huruf bersudut tajam, dia loyal dan sedikit keras kepala, to the
point, orang seperti itu kebanyak rambutnya disisir ke belakang, dan di surat
ini tecium bau gel rambut merk tancho yang pupuler 30 tahun yang lalu, itu
sebabnya aku berkesimpulan dia berambut klimis berusia cukup tua, tapi tekanan
pada hurufnya dalam, artinya walau sudah tua tapi kemampuan dan tenaganya masih
bagus, dari tulisanya tak ada huruf yang bersambung, tapi angka angka yang
menunjukan tanggal bersambung khas, tulisan tangan ini juga cukup jelek, tapi
tulisan angka cukup baik dan konsisten, artinya orang ini jarang menulis huruf
tapi lebih sering menulis angka, dia guru matematika. Apakah ada yang salah..?”
“Sempurna..namanya Pak Sugeng, dan
memang begitulah kepribadianya serta penampilanya. Kemampuanku masih belum bisa
menyamaimu Levy.”kata Ryan pada Leviant.
“kau masih pelajar, kau masih terhalang
banyak tugas, kemampuanmua masih bisa terus berkembang. aku yakin itu, karena
kita punya kelainan yang sama, dunia kriminal semakin berbahaya, penjahat
semakin pintar, dan orang orang tidak normal seperti kitalah yang dibutuhkan
untuk mengungkap mereka.”kat Leviant dengan wajah, ekspresi, dan nada bicara
yang selalu datar. “hei..boleh kutanya sesuatu..?”
“apa..?”kata Ryan sambil meminum kopinya.
“apa kau pernah pacaran..?”
‘Pfffttss….’ Ryan menyemburka kopinya. “pertanyaan
macam apa itu?”
“pertanyaan kepada remaja.”
“ya aku tahu, tapi aneh saja jika manusia
sepertimu yang mengatakanya..”
“jawab saja..”kata Leviant mendesak.
“tidak..”
“pernah jatuh cinta..?”lanjut Leviant
masih dengan nada datar.
“astaga, lebih baik kau Tanya aku tentang
penyebab terjadinya ledakan Big bang yang menyebabkan munculnya alam semesta 13
juta tahun yang lalu.”kata Ryan, namun Leviant masih menunggu dengan mata
menyelidik. “ya…te..tentu aku pernah jatuh cinta, walau aku tidak suka bergaul,
tapi aku bukan sosiopath sepertimu.”
“ceritakan..! aku ingin tahu sejauh mana
kenormalanmu..”
“astaga..baiklah, pertanyaanmu
menyiksa.”Ryan memejamkan matanya menggali memory visual dan autobiografinya,
dia mundur ke 5 tahun yang lalu. “pertama kali aku suka anak perempuan yaitu
saat aku kelas 6 SD, dengan anak perempuan tomboy dan cerdas namanya nisa, dan
dengan pengamatanku tanpa melibatkan emosi di dalamnya, aku tahu jika dia juga
demikian.”
“lalu apa yang kau lakukan..”
“aku tak melakukan apapun, pertama, aku
masih takut waktu itu, malah dia yang mengucapkan selamat hari valanetine di 13
februari pukul 12.03 malam melalui ponsel pamanku. Itu hanya masa lalu.”
“lalu
aku SMP kelas 2.” Ryan melanjutkan, “aku bertemu dengan gadis dengan
hobi yang sama denganku, kau tahukan aku penggemar band Linkin Park dengan
instrument cadas namun cerdas yang mereka ciptakan? Yah kami penyuka band yang
sama, ditambah lagi kurasa dia salah satu gadis terpintar di sekolahku dulu,
kami mulai berbagi info, dan pembicaraan, dan aku sadar, aku menyukainya, namun
aku sama sekali tidak tertarik untuk pacaran, hal yang terpenting yang aku
dapatkan saat itu adalah bukan cinta, tapi informasi bahwa aku laki laki
normal.”
“lalu saat umurku beranjak 15, aku
benar benar tidak tertarik dengan hal konyol yang disebut pacaran, aku tertarik
pada wanita, itu normal, tapi di usiaku yang masih remaja ini, bagiku melakukan
pacaran sama saja dengan melakukan kebodohan yang akan membuat usia hidup dan
akselerasi otak mudamu terbuang sia sia hanya karena gangguan emosi yang
dikarenakan kegagalan mental remaja dalam mengolah perasaan suka pada lawan
jenis sebab kapasitasnya yang belum sesuai atau belum matang, yang seharusnya
digunakan untuk belajar , mencapai sukses, cita cita, dan membahagiakan orang
tua mereka. Jadi aku hanya menggunakan otak ku untuk fokus pada tujuanku di
usia muda yang hanya sekali seumur hidup, tak ada orang yang hidup muda
selamana atau hidup muda dua kali.”
“cukup normal, dan cukup baik untuk
pengambilan keputusan rasional.”tanggap Leviant.
“bagiku, di usia ini, hubungan sosial
terbaik yang bisa kulakukan dengan lawan jenis adalah sahabat. dalam proses
menuju kedewasaan, semua ada waktunya untuk dilakukan, secara tidak langsung,
hidup sebenarnya sudah dijadwal.”Ryan menjelaskan. “bagaimana denganmu? Kau
bahkan tidak pernah SMA, apa kau pernah pacaran.?”
“ha..ha..ha..”tertawa datar dan memaksa,
“apa wajahku terlihat seperti remaja baru pubertas yang tergila gila dengan
kebodohan dan gangguan emosional yang disebut Cinta, yang bertentangan dengan
Logika sebagai prioritas utama hidupku.”jawab Leviant. “aku tidak tertarik
dengan segala macam hubungan sosial si muka bumi ini, baik itu teman, pacar,
saudara, atau keluarga, aku hanya berhubungan dengan orang yang punya
kepentingan sama dan menyangkut urusanku. Aku tipe manusia dengan kepribadian
tunggal yang murni, 100 % mastermind, aku tidak butuh emosi, kecuali ambisi.”
“astaga…kau memang Sosiopath laten.!”
“tapi kau idak bisa mengingkari bahwa
hidupku berguna bagi orang lain, aku telah mengungkap 1034 kasus pembunuhan, 37
kasus narkoba, 50 kasus korupsi, dan aku mengungkap kebenaran yang membebaskan
34 orang dari hukuman mati atas apa yang tidak mereka lakukan. Mungkin orang
normal akan menganggapku aneh, tapi mereka tak bisa mengingkari bahwa mereka
dunia membutuhkan orang sepertiku walau hanya satu dimuka bumi.”kata Leviant Friedrich
sang detektif legendaris.
“ter-se-rah” kata Ryan.
‘tok..tok..’ suara pintu rumah Detektif
leviant diketuk seseorang.
Leviant berjalan malas ke depan pintu dan
mengintip siapa gerangan yang mengganggu obrolan 2 manusia abnormal tersebut.
“siapa..?”Tanya Ryan pada Leviant.
“istrimu menjemputmu..”
“hah.?!! Apa maksudmu.?”
‘Bruakk…’ pintu di dobrak, seorang gadis manis
seumuran Ryan berambut pendek mengenakan celana basket mendobrak masuk pintu
rumah Leviant.
“Ri….Riana..?!”kata
Ryan kaget, dia juga melihat Leviant terpental karena dobrakan pintu Riana.
“astaga Kak…maafkan aku ya, aku terburu
buru, tim basket Wanita SMA Tarumajaya membutuhkan Ryan sekarang sebagai
pengamat pertandingan.”Riana menghampiri Ryan, meraih tanganya dan menyeretnya
keluar.
Sementara itu Leviant masih di lantai
menatap keheranan.
“aku pinjam dulu ya kak mahluk ini, nanti
aku kembalikan, maaf tentang pintu mu. Daa…” Ryan dan Riana pergi meninggalkan
ruangan tersebut.
No comments:
Post a Comment