Wednesday, January 21, 2015

SOLVERIAN'S OVA



SOLVERIAN’S
Episode Spesial - Ryan Story

Cerita ini adalah penggalan Novel dari Novel Solverian's yang berisi episode spesial, yang menceritakan pendapat Ryan dan pendapat Detektif Leviant tentang Cinta.


     Hari itu Ryan bermalam di rumah Detektif swasta yang amat terkenal di Kota Malang, Detektif konsultan Leviant Friedrich.
     Dua jenius itu berbagi sofa dan saling bercerita sembari berbagi pengetahuan Sains Deduksi. Ryan adalah Siswa SMA Tarumajaya kelas 11, dengan IQ 180, dan memiliki kemampuan Eidetic memory. Serta memiliki kemampuan logika dan deduksi tinggi, walau dia siswa SMA, tak jarang dia ikut membantu Polisi memecahkan kasus kasus sulit. Ryan sendiri adalah ketua Klub Investigasi di SMAnya.
     Sementara Leviant Friedrich, adalah seorang pemuda berusia 22 tahun, berdarah campuran Indonesia – Jerman. Leviant adalah seorang jenius dengan tercatat  memiliki IQ 200, Leviant adalah orang yang telah mengorbankan segala bentuk kehidupan dan kebutuhan Sosialnya untuk memfokuskan diri pada dunia Investigasi kriminal, dia bekerja sebagai Detektif Swasta sekaligus Detektif Konsultan (detekif yang membantu Polisi).
     Leviant hidup sendiri bersama pelayanya yang berusia 50 th bernama Pak Herman, sementara Ryan tinggal bersama Pamanya sejak kecil. Kedua anak itu memiliki banyak kesamaan, Sama sama Jenius, sama sama kesulitan dalam bergaul/ bersosialisasi, sama sama menggeluti dunia Detektif atau Dunia Investigasi kriminal. Dan kesamaan yang paling menonjol adalah keduanya memiliki kelainan yang membuat mereka jenius, Levian memiliki kelainan Asperger Syndrome, dimana penderitanya memiliki kesulitan dalam hal sosial dan komunikasi nonverbal namun memiliki kelebihan di bidang logika dan IQ. Sementara Ryan memiliki Kelainan Hyperthimesia, dimana si penderita memiliki memory autobiografi yang berlebih, dengan kata lain dia mengingat segala hal tanpa lupa sedikitpun. Dan keduanya memiliki kelainan mental yang disebut LIL (low Inhibition Laten), dimana mereka memperhatikan setiap detil dari segala hal yang pernah mereka lihat, hal tersebut membuat mereka mendapat informasi lebih saat melihat sesuatu yang biasa di lewatkan orang normal.hanya Ryan yang mampu memahami Leviant, dan sebaliknya, mereka berdua bagaikan saudara kandung.
      “kak..mari kita tes kemampuan observasi Low inhibition laten kita. Aku beri kau surat, ini adalah surat guruku, tanpa nama, bisakah kau tebak orangnya.?”Tanya Ryan menyodorkan secarik surat tulisan tangan.
     Leviant mulai mengamati tulisan tanpa nama tersebut, dan mencoba mencari informasi tentang  si penulis melalui kemamuan analisis low Inhibition Latenya. 3 menit kemudian Leviant menaruh surat.“ini mudah” katanya. “ “dia orang yang rasional, cukup obsesif dengan kebersihan dan kerapian,keras kepala tapi loyal, emosional, rambutnya disisir kebelakang, rambutnya klimis, cara berjalanya cepat dengan langkah yang lebar, orangnya optimis.orangnya cukup tua, tapi badanya sehat, otot tanganya masih bagus, dan dia guru matematika.”
      “kemampuan mu tajam seperti biasanya.”Ryan duduk bersila sambil meminum kopinya, “sekarang bisa kau jelaskan alasan kenapa kau menyimpulkan semua itu?”lanjutnya.
      “orang biasa hanya akan melihat ini surat tulisan tangan biasa tanpa nama penulis, tapi bagi kita pengidap LIL, dan dipadukan dengan ilmu grafologi, itu mudah saja untuk mengeruk informasi tentang si penulis.”kata Leviant dengan wajahnya yang selalu datar.
      “pertama, aku mengetahuinya dari bentuk tulisan tanganya miring ke kanan, artinya orang itu emosional, jarak spasi antar huruf sangat rapat, artinya dia tidak sabaran, percaya diri, optimis, orang seperti itu jalanya pasti cepat dengan langkah lebar, lalu huruf hurufnya tidak bersambung, menandakan orangnya yang cedas, rasional, berpikir sebelum bertindak, huruf bersudut tajam, dia loyal dan sedikit keras kepala, to the point, orang seperti itu kebanyak rambutnya disisir ke belakang, dan di surat ini tecium bau gel rambut merk tancho yang pupuler 30 tahun yang lalu, itu sebabnya aku berkesimpulan dia berambut klimis berusia cukup tua, tapi tekanan pada hurufnya dalam, artinya walau sudah tua tapi kemampuan dan tenaganya masih bagus, dari tulisanya tak ada huruf yang bersambung, tapi angka angka yang menunjukan tanggal bersambung khas, tulisan tangan ini juga cukup jelek, tapi tulisan angka cukup baik dan konsisten, artinya orang ini jarang menulis huruf tapi lebih sering menulis angka, dia guru matematika. Apakah ada yang salah..?”
       “Sempurna..namanya Pak Sugeng, dan memang begitulah kepribadianya serta penampilanya. Kemampuanku masih belum bisa menyamaimu Levy.”kata Ryan pada Leviant.
       “kau masih pelajar, kau masih terhalang banyak tugas, kemampuanmua masih bisa terus berkembang. aku yakin itu, karena kita punya kelainan yang sama, dunia kriminal semakin berbahaya, penjahat semakin pintar, dan orang orang tidak normal seperti kitalah yang dibutuhkan untuk mengungkap mereka.”kat Leviant dengan wajah, ekspresi, dan nada bicara yang selalu datar. “hei..boleh kutanya sesuatu..?”
      “apa..?”kata Ryan sambil meminum kopinya.
      “apa kau pernah pacaran..?”
       ‘Pfffttss….’ Ryan menyemburka kopinya. “pertanyaan macam apa itu?”
      “pertanyaan kepada remaja.”
      “ya aku tahu, tapi aneh saja jika manusia sepertimu yang mengatakanya..”
      “jawab saja..”kata Leviant mendesak.
      “tidak..”
      “pernah jatuh cinta..?”lanjut Leviant masih dengan nada datar.
      “astaga, lebih baik kau Tanya aku tentang penyebab terjadinya ledakan Big bang yang menyebabkan munculnya alam semesta 13 juta tahun yang lalu.”kata Ryan, namun Leviant masih menunggu dengan mata menyelidik. “ya…te..tentu aku pernah jatuh cinta, walau aku tidak suka bergaul, tapi aku bukan sosiopath sepertimu.”
     “ceritakan..! aku ingin tahu sejauh mana kenormalanmu..”
     “astaga..baiklah, pertanyaanmu menyiksa.”Ryan memejamkan matanya menggali memory visual dan autobiografinya, dia mundur ke 5 tahun yang lalu. “pertama kali aku suka anak perempuan yaitu saat aku kelas 6 SD, dengan anak perempuan tomboy dan cerdas namanya nisa, dan dengan pengamatanku tanpa melibatkan emosi di dalamnya, aku tahu jika dia juga demikian.”
       “lalu apa yang kau lakukan..”
        “aku tak melakukan apapun, pertama, aku masih takut waktu itu, malah dia yang mengucapkan selamat hari valanetine di 13 februari pukul 12.03 malam melalui ponsel pamanku. Itu hanya masa lalu.”
        “lalu  aku SMP kelas 2.” Ryan melanjutkan, “aku bertemu dengan gadis dengan hobi yang sama denganku, kau tahukan aku penggemar band Linkin Park dengan instrument cadas namun cerdas yang mereka ciptakan? Yah kami penyuka band yang sama, ditambah lagi kurasa dia salah satu gadis terpintar di sekolahku dulu, kami mulai berbagi info, dan pembicaraan, dan aku sadar, aku menyukainya, namun aku sama sekali tidak tertarik untuk pacaran, hal yang terpenting yang aku dapatkan saat itu adalah bukan cinta, tapi informasi bahwa aku laki laki normal.”
        “lalu saat umurku beranjak 15, aku benar benar tidak tertarik dengan hal konyol yang disebut pacaran, aku tertarik pada wanita, itu normal, tapi di usiaku yang masih remaja ini, bagiku melakukan pacaran sama saja dengan melakukan kebodohan yang akan membuat usia hidup dan akselerasi otak mudamu terbuang sia sia hanya karena gangguan emosi yang dikarenakan kegagalan mental remaja dalam mengolah perasaan suka pada lawan jenis sebab kapasitasnya yang belum sesuai atau belum matang, yang seharusnya digunakan untuk belajar , mencapai sukses, cita cita, dan membahagiakan orang tua mereka. Jadi aku hanya menggunakan otak ku untuk fokus pada tujuanku di usia muda yang hanya sekali seumur hidup, tak ada orang yang hidup muda selamana atau hidup muda dua kali.”
      “cukup normal, dan cukup baik untuk pengambilan keputusan rasional.”tanggap Leviant.
      “bagiku, di usia ini, hubungan sosial terbaik yang bisa kulakukan dengan lawan jenis adalah sahabat. dalam proses menuju kedewasaan, semua ada waktunya untuk dilakukan, secara tidak langsung, hidup sebenarnya sudah dijadwal.”Ryan menjelaskan. “bagaimana denganmu? Kau bahkan tidak pernah SMA, apa kau pernah pacaran.?”
      “ha..ha..ha..”tertawa datar dan memaksa, “apa wajahku terlihat seperti remaja baru pubertas yang tergila gila dengan kebodohan dan gangguan emosional yang disebut Cinta, yang bertentangan dengan Logika sebagai prioritas utama hidupku.”jawab Leviant. “aku tidak tertarik dengan segala macam hubungan sosial si muka bumi ini, baik itu teman, pacar, saudara, atau keluarga, aku hanya berhubungan dengan orang yang punya kepentingan sama dan menyangkut urusanku. Aku tipe manusia dengan kepribadian tunggal yang murni, 100 % mastermind, aku tidak butuh emosi, kecuali ambisi.”
      “astaga…kau memang Sosiopath laten.!”
      “tapi kau idak bisa mengingkari bahwa hidupku berguna bagi orang lain, aku telah mengungkap 1034 kasus pembunuhan, 37 kasus narkoba, 50 kasus korupsi, dan aku mengungkap kebenaran yang membebaskan 34 orang dari hukuman mati atas apa yang tidak mereka lakukan. Mungkin orang normal akan menganggapku aneh, tapi mereka tak bisa mengingkari bahwa mereka dunia membutuhkan orang sepertiku walau hanya satu dimuka bumi.”kata Leviant Friedrich sang detektif legendaris.
      “ter-se-rah” kata Ryan.
      ‘tok..tok..’ suara pintu rumah Detektif leviant diketuk seseorang.
      Leviant berjalan malas ke depan pintu dan mengintip siapa gerangan yang mengganggu obrolan 2 manusia abnormal tersebut.
      “siapa..?”Tanya Ryan pada Leviant.
      “istrimu menjemputmu..”
      “hah.?!! Apa maksudmu.?”
      ‘Bruakk…’ pintu di dobrak, seorang gadis manis seumuran Ryan berambut pendek mengenakan celana basket mendobrak masuk pintu rumah Leviant.
       “Ri….Riana..?!”kata Ryan kaget, dia juga melihat Leviant terpental karena dobrakan pintu Riana.
       “astaga Kak…maafkan aku ya, aku terburu buru, tim basket Wanita SMA Tarumajaya membutuhkan Ryan sekarang sebagai pengamat pertandingan.”Riana menghampiri Ryan, meraih tanganya dan menyeretnya keluar.
      Sementara itu Leviant masih di lantai menatap keheranan.
      “aku pinjam dulu ya kak mahluk ini, nanti aku kembalikan, maaf tentang pintu mu. Daa…” Ryan dan Riana pergi meninggalkan ruangan tersebut.

No comments:

Post a Comment

Kata - Kata Kasar (The Tabooness of Profanity)

"Kok kamu ngomong kasar kayak gitu sih?" "Jaga dong mulutmu!" "Kok kowe misuhan seh?" "Why do you cursed ...